KEBUDAYAAN BANTEN
KEBUDAYAAN BANTEN
1. Kebudayaan Pencak Silat
Pencak silat
Pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari budaya asli
bangsa Indonesia. Disinyalir dari abad ke 7 Masehi silat sudah menyebar
ke pelosok nusantara. Perkembangan dan penyebaran silat secara historis
mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama,
seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke15 di Nusantara. Kala
itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di
pesantren-pesatren dan juga surau-surau. Budaya sholat dan silat menjadi
satu keterikatan erat dalam penyebaran pencak silat. Silat lalu
berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi
bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping
itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.
Banten yang namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya juga
penyebarannya tidak terlepas dari ajaran agama Islam. Tidak heran banyak
nama dari jurus dan gerakan perguruan silat asli Banten diambil dari
aksara dan bahasa arab. Pencak silat Banten mulai dikenal seiring dengan
berdirinya kerajaan Islam Banten yang didirikan pada abad 15 masehi
dengan raja pertamanya Sultan Hasanudin. Perkembangan pencak silat pada
saat itu tidak terlepas dari dijadikannya silat sebagai alat untuk
penggemblengan para prajurit kerajaan sebagai bekal ketangkasan bela
negara yang diajarkan oleh para guru silat yang mengusasai berbagai
aliran. Silat juga sebagai dasar alat pertahanan kerajaan dan masyarakat
umum Banten dalam memerangi kolonialisme para penjajah.
Pada saat ini pun Banten masih dikenal dan diakui secara luas dengan
pendekar dan jawaranya, sebutan untuk orang-orang yang mahir dalam ilmu
silat.
2. Kebudayaan Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan
pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin
(1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia
yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras,
memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan
lain-lain.
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari
besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan
alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus
walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi
atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada
dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau
tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka,
makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi
sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka
dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga,
menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan
hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak
lagi atraksi yang mereka lakukan.
Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi
sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya.
3. Kebudayaan Rudat Banten
Rudat adalah kesenian tradisional khas Banten yang merupakan perpaduan
unsur tari, syair shalawat, dan olah kanuragan yang berpadu dengan
tabuhan terbang dan tepuk tangan. Rudat terdiri dari sejumlah musik
perkusi yang dimainkan oleh setidaknya delapan orang penerbang (pemain
musik ) yang mengiringi tujuh hingga dua belas penari.Menurut beberapa
tokoh Rudat, nama Rudat diambil dari nama alat yang dimainkan dalam
kesenian ini. Alat musik tersebut berbentuk bundar yang dimainkan dengan
cara dipukul. Seni Rudat mulai ada dan berkembang pada masa
pemerintahan Sinuhun Kesultanan Banten II, Pangeran Surosowan Panembahan
Pakalangan Gede Maulana Yusuf (1570-1580 M).
Tidak banyak yang mengetahui siapa yang menciptakan kesenian ini, karena
sekarang sesepuh yang mengetahui seluk-beluk Rudat sangat sedikit
bahkan sebagian sudah meninggal. Naskah yag berisi sejarah Rudat dan
nilai-nilai filosofis tentang rudat pun hanya dimiliki oleh satu sampai
dua orang yang salah satunya merupakan anak dari mendiang pemilik naskah
yang menjadi sesepuh disana.
Meskipun tidak banyak yang mengetahui pencipta kesenian ini, warga
Sukalila meyakini bahwa Rudat sebetulnya jurus silat yang dikembangkan
menjadi tarian. Langkah-langkahnya merupakan langkah-langkah silat yang
dikembangkan menjadi tarian dan diiringi musik dan shalawat.Seni
tradisional Banten ini menjadi rangkaiaan utama tatkala Kesultanan
Banten mengadakan hajat besar atau dalam acara penyambutan tamu
kehormatan yang berasal dari mancanegara.
4. Kebudayaan Tari Dzikir Saman Banten
Dzikir Saman yang ada di Banten berbeda dengan Saman yang ada di Aceh,
disini para pemainnya terdari dari laki-laki dengan membentuk lingkaran.
Sambil berputar, sambil menyebutkan shalawat Nabi Muhammad SAW. Seni
Dzikir Saman ini tidak diiringi dengan perangkat alat musik, hanya
nyanyian dengan menyebut asma Allah, alok dan gerakan tubuh yang
berputar-putar. Seni ini sudah ada sejak dahulu, biasanya dalam acara
tertentu seperti Khol Syeh Abdul Khodir Jailani, Rasullan, dan acara
keagamaan lainya.
5. Rumah Adat Banten.
Rumah adat Baduy
Banten merupakan salah satu provinsi muda di Indonesia. Awalnya ia masuk
ke dalam wilayah administrative Provinsi Jawa Barat. Namun kemudian di
tahun 2000, Banten resmi berpisah dan menjadi provinsi mandiri dengan
ibu kota Serang. Banyak yang menarik dari daerah Banten. Salah satunya
adalah suku Baduy atau yang juga lazim dikenal dengan nama Urang
Kanekes. Suku ini mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Meski
demikian, pemerintah menetapkan rumah adat Banten adalah rumah adat suku
Baduy/Badui. Rumah tradisional ini berupa panggung dengan beratapkan
daun dan lantai dari pelepah bambu yang telah dibelah.
6. Pakaian Adat
Pakaian Adat Banten
Pakaian adat Banten pada Pria mengenakan pakaian model baju koko dengan
lehernya yang tertutup. Serta pakaian bawahnya dilengkapi celana
panjang serta diikatkan dengan kain batiknya. Pada bajunya dikenakan
ikat pinggang dan diselipkan sebilah parang di ikat pinngang tersebut
bagian depan. Serta di bahu diselempengkan sehelai kain.
Sedangkan pakaian adat Banten pada wanitanya, memakai baju adat kebaya
serta kain batin sebagai bawahannya. Pakaian ini juga diselempangkan
sehelai kain di bahu dan dihiasi dengan bros kerajinan tangan pada
bagian depan kancing kebayanya. Pada rambut di sanggul dan dihiasi
dengan kembang goyang berwarna keemasan.
7. Tarian Daerah
Tari Topeng
Tarian ini dilakukan oleh satu orang pria atau lebih sesuai dengan
kebutuhan. Gerakkan tari ini tempak gemulai.Tarian topeng mengisahkan
tentang seorang rasa yang balas dendam karena cintanya yang ditolak
8. Alat Musik
Alat musik dari daerah Banten yaitu :
Angklung
Pantun Bambu
9. Senjata Tradisional
Golok
Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun
sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara. Hingga saat ini
kita juga bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat.
Ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang
membuatnya. Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete
tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering
digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon. Golok biasanya dibuat
dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di
dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan
yang lebih sering.
10. Bahasa Daerah
Bahasa Daerah yang digunakan di Banten adalah bahasa Jawa Banten dan bahasa Sunda.
11. Suku bangsa
Suku bangsa yang berada di daerah Banten adalah Suku Baduy
https://id.wikipedia.org/wiki/Banten
http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/09/kebudayaan-banten.html
Komentar
Posting Komentar